Vatican, mengecam laporan sejumlah media Italia yang mengabarkan soal intrik politik, korupsi dan pemerasan di antara para uskup tertinggi. Ini terjadi Sabtu (23/2/2013)
Kementerian Luar Negeri Vatican -yang juga adalah pusat pemerintahan Gereja Katolik Roma- mengambil langkah tak lazim dengan mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa laporan media Italia itu berdasarkan informasi yang tidak bisa diverifikasi kebenarannya dan merupakan berita yang tidak benar.
Pernyataan resmi Vatican itu mengatakan pemberitaan media itu dilakukan untuk memengaruhi hasil sidang konklaf, yang merupakan pertemuan tradisional para kardinal di Kapel Sistine untuk memilih paus baru, dalam hal ini mencari pengganti Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
"Pemberitaan media sangat tercela dan mengakibatkan dampak serius terhadap personal maupun institusi," kata Vatican.
Paus Benediktus XVI tahun lalu memilih tiga orang kardinal untuk melakukan investigasi terhadap Curia, hirarki Vatican, terkait skandal bocornya dokumen-dokumen Vatican yang dikenal sebagai skandal Vatileaks.
Akibat skandal ini, pembantu paus, Paolo Gabriele ditahan karena dituduh membocorkan dokumen-dokumen penting Vatican. Paus kemudian memaafkan Paolo namun kecurigaan adanya lebih banyak orang yang terkait kasus ini terus muncul.
Ketiga kardinal itu sudah memberikan laporannya yang hanya bisa dibaca Paus Benediktus XVI. Namun, media Italia yakin mereka juga akan memberitahukan hasil penyelidikan itu kepada para kardinal lain menjelang pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 28 Februari mendatang.
Sementara itu, juru bicara Vatican Federico Lombardi melalui situs resmi Radio Vatican menyatakan semua laporan media itu adalah gosip, informasi keliru dan fitnah.
"Ada sebagian orang yang berusaha mengambil keuntungan dari kondisi keterkejutan dan disorientasi saat ini untuk mendiskreditkan Gereja Katolik dan Vatican," kata Lombardi. (BPost Online)