Diare yang terjadi pada anak tak boleh dianggap remeh. Jika diabaikan, diare dapat menyebabkan kematian. Sampai saat ini diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, khususnya negara berkembang.
"75 persen tubuh kita terdiri dari air, jika diare tubuh akan lemas dan dehidrasi, apalagi anak-anak," ujar dr. Muzal Kadim, SpA(K), Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI - RSCM, saat Pocari Sweat Conference, Sabtu (23/2/2013), di Jakarta.
Menurut Muzal, orangtua perlu mengenali penyebab diare. Penyebab langsung diare terdiri dari virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae, E.coli), dan parasit (Entamoeba, Candida, Ascaris, Trichuris). Sedangkan penyebab tidak langsung dikarenakan kebersihan atau sanitasi di lingkungan sekitar, jamban, dan air.
"Cara penularan diare biasa disebut 4F, food baik makanan dan minuman, feces, finger, fly yang bisa ditularkan melalui kontak tangan dan pernafasan," lanjut Muzal.
Selain penyebab di atas, diare juga dapat dipicu karena adanya kerusakan usus, pergerakan usus terlalu cepat, makanan tidak diserap dengan, serta racun kuman. Seperti yang terjadi pada anak yang mengonsumsi susu, tetapi tidak dapat menyerap laktosa susu. Hal inilah yang disukai oleh bakteri di colon. Sehingga menyebabkan perut kembung, mual, dan diare.
Tanda-tanda anak mengalami diare, jika anak biasanya merasa haus, gelisah, lemah, mata cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), kuli keriput, kencing berkurang, tangan dan kaki dingin, nadi cepat, serta nafas cepat dan dalam.
"Pola buang air besar normalnya sehari maksimal tiga kali atau tiga hari sekali, tetapi kalau buang air besarnya lebih dari tiga kali, lembek dari biasanya, berbau, kemungkinan besar anak diare, kecuali pada bayi," lanjutnya.
Jika anak sudah terkena diare, sebaiknya orangtua memberikan cairan agar anak tidak lemas, mual, dan pusing. Karena ketika seseorang mengeluarkan cairan sebanyak satu liter, berat badan satu kilogram, sehingga anak defisit cairan.
"Anak-anak setidaknya konsumsi 1,2 - 1,3 liter per hari, semakin anak masih kecil kebutuhan akan cairan juga semakin banyak, dan jaga sanitasi. Begitu pula dengan ibu menyusui, serta orang yang sedang demam dan diare," pungkasnya. (Tribun Jakarta)