07.23
0

Untuk pertama kalinya di Indonesia, penyelenggara Ujian Nasional (UN) 2012/2013 tingkat pusat akan menyediakan naskah soal dalam bentuk braile untuk siswa tunanetra.

Sebelumnya, UN tidak pernah ada naskah dalam bentuk braile, sehingga saat mengerjakan, siswa tunanetra harus dibacakan soalnya oleh guru pendamping khusus (GPK). Ketua UN Kota Solo, Bambang Wahyono, mengungapkan hal itu tertuang dalam Prosedur Operasi Standar (POS) pelaksanaan UN dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Mulai Tahun 2013 ini Ada Soal UN untuk Siswa Tunanetra


“Naskah berbentuk braile itu akan disediakan langsung oleh pusat dan hal itu memang sudah ada dalam POS UN,” jelas Bambang yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, saat dihubungi solopos.com, Selasa (5/3/2013). Dia mengatakan naskah UN dalam bentuk braile itu akan ada dari jenjang SD-SMA.

Menurutnya, naskah braile itu disediakan penyelenggara UN dari pusat setelah mendapatkan berbagai masukan dari penyelenggara tingkat kota/kabupaten tahun lalu. Oleh sebab itu, tahun ini diperbaiki supaya siswa tunanetra mendapatkan persamaan hak untuk mendapatkan soal UN.

Meski demikian, dia belum mengetahui apakah ada perbedaan bobot soal bagi siswa penyandang tunanetra pada sekolah inklusi dengan siswa reguler lainnya. Hal itu disebabkan pada POS UN tidak ada penjelasan mengenai bobot soal bagi siswa inklusi.

Kepala SMAN 8 Solo, AD Gayatri, mengaku ada empat siswa inklusi di sekolahnya. Empat siswa inklusi itu, terdiri atas dua siswa inklusi penyandang tunanetra dan dua siswa penyandang tunadaksa. Satu penyandang tunanetra di antaranya adalah siswa kelas XII. “Kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah yang tahun ini memberikan naskah UN dalam bentuk braile, sebelumnya memang belum pernah ada,” katanya saat ditemui di ruang guru SMAN 8 Solo, Selasa.

Dengan naskah UN berbentuk braile, menurutnya, bisa mempercepat siswa saat mengerjakannya. Dia juga membenarkan pengawas untuk siswa inklusi tahun lalu didampingi dengan GPK.

Menurutnya, tahun lalu siswa inklusi dengan siswa reguler mengerjakan soal yang berbobot sama. Gayatri menegaskan siswa inklusi dengan siswa reguler tidaklah kalah. Bahkan, ada siswa inklusi yang selalu masuk dalam 10 besar peringkat kelas. Salah satu siswa inklusi penyandang tunanetra di SMAN 8 Solo, Maria Agustina Siwi A, mengaku senang saat mengetahui ada naskah UN berbentuk braile. (Solopos)