08.47
0

Setelah sukses dengan sederetan novelnya yang kini berstatus Best Seller, seperti Sang Pencerah, Akmal Nasery Basral kini melahirkan "Tadarus Cinta Buya Pujangga", sebuah novel biografi BUYA HAMKA yang diramu dengan sangat apik dan keren.


Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga


Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga adalah novel biografi yang mengisahkan 30 tahun pertama kehidupan Buya Hamka (1908-1938). Dimulai dengan masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa muda seorang Malik yang penuh pembangkangan, pemberontakan. 

Malik yang sering bolos sekolah, kabur sampai ke Bengkulu, menulis surat rayuan untuk kawan-kawan perempuannya sejak kecil,  jadi joki kuda pacu untuk mencari uang, dll, sampai proses metamorfosis Malik menjadi penulis dengan nama pena H.A.M.K.A (Haji Abdul Malik Karim Amrullah).

Juga tentang lahirnya dua roman yang melambungkan namanya di jajaran pujangga Balai Pustaka (Tenggelamnya Kapal Van der Wijk dan Di Bawah Lindungan Ka'bah -- keduanya terbit saat Hamka berumur 30 tahun).

Novel ini juga mengisahkan pertemuan historis tiga pemuda di Bengkulu pada 1938, yaitu seorang aktivitis politik yang sedang mengalami pengasingan bernama Soekarno (usia 37 tahun), seorang China Padangpanjang yang menjadi mualaf saat dewasa dan menjadi konsul Muhammadiyah Bengkulu bernama Karim Oei Tjeng Hin (usia 33 tahun) serta seorang penulis yang namanya mulai menanjak dan sudah menunjukkan tanda-tanda akan menjadi ulama besar bernama Hamka (usia 30 tahun). Pertemuan tokoh nasional, tokoh pembauran, dan tokoh agama/kesastraan yang sangat historis.

Beberapa catatan tentang Tadarus Cinta Buya Pujangga:

1. Tadarus Cinta Buya Pujangga adalah novel tentang kisah hidup Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (1908 - 1981) yang memiliki nama panggilan populer Buya HAMKA, seorang ulama besar, pujangga, pejuang kemerdekaan, anggota konsituante, akademisi dan banyak predikat lain semasa hidupnya. Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada HAMKA pada tahun 2011. Patut dicatat bahwa ide pembuatan novel ini telah ada jauh sebelum pemberian gelar pahlawan tersebut. Dengan kata lain, Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga ditulis bukan sebagai reaksi spontan akibat Buya Hamka mendapatkan penghargaan itu melainkan sudah direncanakan sebelum penganugerahan.

2. Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga bersumber pada dua sumber samudra informasi utama yang disusun Buya Hamka sendiri, yakni otobiografi Kenang-kenangan Hidup (percetakan DE UNIE, Djakarta, 1951) dan biografi Ajahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (Penerbit Widjaya, Djakarta, 1958). Setelah itu baru buku-buku Buya Hamka lainnya (non fiksi maupun fiksi) dan buku-buku tentang Buya Hamka yang ditulis banyak pihak. Untuk informasi yang sangat penting ini, penulis telah mencantumkan catatan kaki pada setiap halaman yang ada sebagai acuan sumber.

3.Informasi lain untuk mempertajam tentang Buya Hamka didapatkan oleh Akmal dari keturunan beliau, khususnya anak-anak ke-7 dan ke-8, yakni H. Irfan Hamka dan Prof. Dr. Aliyah Hamka.

4. Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga tetaplah sebuah karya novel bukan riset sejarah murni, dan tidak dimaksudkan sebagai karya dengan informasi-informasi terbaru dan "belum pernah terungkap" tentang Buya Hamka. Sebagai sebuah novel, beberapa tokoh yang tidak tercatat dalam otobiografi dan biografi seperti tersebut di atas adalah fiktif yang mewakili alter ego Buya Hamka atau representasi sikap masyarakat pada lingkungan saat Buya Hamka hidup. Beberapa peristiwa mengalami dramatisasi penulisan untuk mendapatkan efek optimal penceritaan.


cover Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga


Beberapa Komentar tentang Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga oleh para Penulis lain:

"Tadarus Cinta Buya Pujangga karya Akmal Nasery Basral ini tersaji dengan bahasa yang sejalan dengan karya-karya Prof. Dr. Buya Hamka. Membaca novel ini terasa bagaikan berdialog dengan beliau ketika masih menjadi Kaum Muda yang merindukan perubahan adat yang menjerat kemajuan" 
                      - Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, Sejarawan, penulis Api Sejarah. 

"Tadarus Cinta Buya Pujangga memperkenalkan saya dengan Buya Hamka secara utuh. Dengan bahasa jernih, alur mengalir, karakterisasi tokoh kuat, dan setting sosial-budaya Minang yang meyakinkan, Akmal Nasery Basral berhasil menyuguhkan sebuah novel yang luar biasa. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan: Akmal Nasery Basral adalah jelmaan Sang Maestro Biografi, Ramadhan KH! Tidak percaya? Silakan buktikan dengan membaca novel ini!"
            - Udo Yamin Majdi, Pendiri dan Direktur Word Smart Center, penulis buku Quranic Quotient (2011).

"Akmal Nasery Basral menyuguhkan kisah tentang seorang sastrawan Islam besar bernama Buya Hamka, lengkap dengan seluruh sosok kewajarannya sebagai manusia. Kita memang diberi kesempatan untuk bersalah, maka selalu ada peluang untuk menjadi lebih baik. Pesan itulah yang kemudian ditulis oleh Akmal Nasery Basral. Dan hati saya pun gerimis."
            - Intan Savitri, Kepala Divisi Penerbitan Sastra Budaya PT Balai Pustaka (Persero)

"Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga ini merupakan karya penting yang memberi kontribusi bagi pendidikan karakter bangsa dengan cara memikat, membuat pembaca larut dalam kisah yang menggugah dan menyentuh emosi. Sarat dengan nilai-nilai spiritual yang penuh makna."
              - Dr. (HC) Ary Ginanjar Agustian, Pendiri ESQ 165.

"Buku ini mengajak kita untuk mengenal lebih dekat sosok Buya Hamka, seorang ulama besar karismatik ... Dari buku ini kita belajar bahwa kesungguhan dapat membuat beliau tumbuh menjadi ulama yang amat berpengaruh dan dihormati ..."
                - K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), da'i.

"Ini tidak sekadar membaca Hamka kembali. Ini seperti sebuah transformasi waktu pada pusaran hidup sang ulama-penulis yang mengajak pembaca memahami silogisme sejarah. Pada novel biografis ini, dengan piawai Akmal Nasery Basral merangkaikan narasi ruh keislaman yang sesungguhnya diperlukan saat ini."
              - M. Irfan Hidayatullah, Dosen Fakultas Ilmu dan Budaya, penulis, mantan Ketua Umum Forum Lingkar Pena.

"Akmal Nasery Basral bersungguh-sungguh betul memunguti memori usang yang terserak di sana-sini tentang Buya Hamka, lalu dituliskannya dengan cara yang tak usang. Buya bagai hidup kembali di setiap lembar buku ini: sebagai anak Maninjau, pujangga Nusantara, dan ulama dunia."
                 - Ahmad Fuadi, penulis Negeri 5 Menara, pendiri Komunitas Menara, kelahiran Maninjau.


* * * *

Gimana sobat, tertarik dengan Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga ini? Segera deh dapatkan Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga : Novelisasi Kehidupan Buya Hamka yang ditulis oleh Penulis: Akmal Nasery Basral dan diterbitkan di Bulan Maret 2013 oleh Penerbit: Salamadani Grafindo, . Tebalnya 378 hal + xii dengan harga normal Rp. 64.000. Beli yang Asli ya!