Siapa yang menyangka jika dari memanfaatkan limbah tempe dapat mengantarkan dua pelajar SMA Negeri 3 Semarang, Allice Fajri Chynthia Sari dan Primananda Rahmalida meraih medali emas di ajang internasional? Kedua pelajar tersebut berhasil mengubah limbah tempe dan gulma menjadi pupuk organik yang bersifat ramah lingkungan, karena tidak menimbulkan residu.
Penelitian yang memakan waktu hampir enam bulan tersebut, mereka bawa dalam 1st International Science Project Olympiad (ISPrO) yang digelar di Jakarta pada 19-24 Mei 2013. Penelitian itu mereka beri judul “The Utilization of Industrial Tempe Liquid Waste and Mimosa pudica (touch-me-not) as Raw Materials for Manufacturing Liquid Organic Fertilizer”.
Allice mengaku cukup terkejut ketika namanya dipanggil sebagai salah satu penerima medali emas di ajang yang mempertemukan para peneliti muda dari 22 negara tersebut. “Kami sebenarnya memang memasang target mendapat medali emas, namun, saat nama kami disebutkan, kami cukup kaget, ternyata beneran bisa dapat medali emas,” ujar gadis berkacamata ini saat ditemui usai acara penutupan ISPrO, Jumat (24/5) di Plaza Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta.
Ia menjelaskan, penelitian yang mereka lakukan bertujuan untuk mengurangi limbah cair dari industri pembuatan tempe yang saat dibuang dapat menimbulkan bau tidak sedap bagi lingkungan sekitar. Selain itu, mereka juga ingin mengontrol pertumbuhan gulma yang mengganggu produksi lahan pertanian tertentu. “Keunggulan pupuk organik yang kami buat ini adalah ramah lingkungan serta dapat memperbaiki struktur tanah yang ditanami oleh tumbuhan yang diberi pupuk tersebut,” ungkap pelajar kelas XI ini.
Allice menuturkan, medali emas yang diperolehnya ia tujukan terutama untuk sang ibu yang selalu memberikan dukungan. “Kebetulan besok adalah ulang tahun ibu saya. Semoga medali emas ini dapat menjadi kado yang membahagiakan bagi ibu,” ungkap Allice.
Sementara itu, rekan satu timnya, Primananda mengatakan, medali emas yang dikalungkan langsung oleh Wakil Menteri bidang Pendidikan, Musliar Kasim ini ia persembahkan untuk kedua orangtua dan teman-temannya. Prima, demikian gadis berambut panjang ini biasa disapa, mengaku pengalaman berharga ini akan ia jadikan sebagai pemicu untuk berkarya lebih baik lagi. (kemdikbud)