13.26
0

LOS ANGELES -- Dari sejumlah film yang masuk nominasi Oscar tahun ini, Beasts of the Southern Wild bisa dibilang fenomenal. Film ini dinominasikan untuk empat Oscar termasuk Film Terbaik.

Diproduksi dengan biaya hanya 1,5 juta dolar AS  (Rp14 miliar) oleh sekelompok pembuat film pemula, film ini telah membuat standard baru bagi pembuatan film berbiaya murah dalam industri yang rata-rata beranggaran 100 kali lebih besar dari film ini untuk membuat satu film besar. "Ini adalah kombinasi sempurna dari seni dan perdagangan, namun perdagangan ini dibuat lebih bagus lagi karena harga itu," kata kepala studio Fox, Jim Gianopulos, yang unit distribusi filmnya, Fox Searchlight Pictures, menyalurkan film-film di Amerika Serikat.

Beasts of the Southern Wild


Film yang berseting di rawa-rawa Louisiana dekat New Orleans itu menggambarkan budaya masyarakat pedalaman yang masih dibalut kuat oleh kebanggaan dan ikatan sosial kuat.
Bintang-bintang dalam film ini adalah seorang ayah yang peminum dan anak perempuannya yang masih muda, dimainkan oleh Quvenzhane Wallis yang kini berusia sembilan tahun.  Aktris ini menjadi nominasi Oscar termuda untuk kategori Aktris Terbaik.

Film ini dibuat oleh Benh Zeitlin, sutradara pemula berusia 30 tahun yang membangun studionya di lapangan tenis di Connecticut yang pernah digunakannya untuk tesis filmnya di Universitas Wesleyan. "Saya nggak yakin mereka tahu apa yang sedang kami lakukan di sana manakala kami membuat film itu," kata Zeitlin seperti dikutip Reuters. "Saya kira mereka menganggap kami hanya membuat film pendek."

Awak film yang dia kumpulkan adalah kumpulan seniman dan animator.  Tak hanya itu, Zeitlin juga memakai aktor-aktor pemula, termasuk Wallis dan Levy Easterly. ''Awak filmnya dibayar sama dengan honor sutradaranya,'' kata produser Paul Mezey.

Sejauh ini, film ini telah meraup 12 juta dolar AS dari penjualan tiket di dalam negeri AS.  Masih belum memberi untung, karena Fox mengutipnya untuk biaya pemasaran dan beban lainnya.
Awak filmnya menjelajah Louisiana untuk syuting film ini di mana mereka tinggal di tempat yang mereka sebut "Crash Pad", yaitu pondok pemancingan di belakang pom bensin yang memiliki 12 dipan.

Zeitlin mengatakan kelompoknya itu sampai menjadi pemungut barang loakan demi membuat film itu. Mereka menggunakan kayu dari rumah yang sudah ambruk, dan mengubah skenario selagi dibutuhkan untuk menyingkiran apa-apa yang mereka temukan di jalanan.  Pemberi dana film ini adalah Cinereach, sebuah organisasi nirlaba yang biasanya membiayai film-film dokumenter. "Mereka biasanya memberi bantuan 30.000 sampai 50.000 dolar AS untuk satu karya seniman," kata Mezey. (Republika)