21.35
0

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin mengimbau seluruh sekolah dasar (SD) di Kota Banjarmasin, tidak memasukkan tes baca tulis berhitung (calistung) dalam proses penerimaan murid baru mereka.

Imbauan itu sebagai tindak lanjut pernyataan Mendikbud, M Nuh, yang menegaskan tingkat taman kanak-kanak itu identik dengan pendidikan usia dini.



Di tingkat itu, pembelajaran dilakukan dengan konsep bermain sambil belajar. Oleh sebab itu, tidak boleh diajarkan cara baca, tulis dan berhitung.

Sebagai tindak lanjut imbauan Nuh itu, Disdik pun membuat surat edaran ke semua SD di Kota Banjarmasin.


Seperti tahun sebelumnya, penerimaan siswa baru didasarkan pada umur dan tempat tinggal. Umur, siswa minimal enam tahun ke atas, dan berada dekat dengan sekolah jadi prioritas penerimaan.

"Kriteria penerimaan itu dua saja, umur dan tempat tinggal," ujar Kadisdik Kota Banjarmasin, Nor Ipansyah,
Senin (25/2).

Jika ada SD yang tetap memberlakukan calistung, ia meminta masyarakat untuk melaporkan ke Disdik Kota
Banjarmasin. Dia pun akan memantau langsung ke semua sekolah.

Penerimaan siswa SD, lanjutnya, juga bebas pungutan alias gratis. Pihak sekolah tak diperbolehkan memungut untuk biaya penerimaan siswa baru.

"Akan kita pantau," ujarnya.

Menanggapi imbauan itu, Kepala SDN Kuripan 2, Zainal Abidin, mengakui tes calistung memang tak diperbolehkan di SD. Pun di sekolah mereka.

"Saat penerimaan siswa baru, kami lebih menitikberatkan pada sisi umur dan tempat tinggal. Prioritas berusia 7-12 tahun dan berada dekat dengan sekolah," ujarnya.


Adapun tes yang dimaksud adalah kemampuan komunikasi siswa. Sebagai wujud dari kemandirian siswa, mereka akan ditanya oleh guru seputar keluarga dan area tempat tinggal.

Misalnya, mengenai jumlah keluarga, berapa orang yang tinggal di rumah, siapa saja yang ada di rumah. Hal tersebut dilakukan melalui tanya jawab, untuk mengetahui kemandirian siswa.

Apakah siswa bisa mandiri, tanpa tergantung dari orangtua. Sebab pendidikan di SU berbeda dengan TK. Artinya siswa tak boleh menjadi 'anak mami' yang harus ditunggui setiap kali belajar di kelas.


"Nanti dilihat, siapa yang bisa komunikasi. Kan SD tak mungkin ditunggui lagi," ujarnya. Jika kemudian masih ada beberapa siswa yang tersisa dankuota 32 siswa belum terpenuhi, maka akan dilihat dari sisi umur dan tempat tinggal.

Siapa yang tertua dan dekat dengan sekolah. Di sini, juga rencananya sekolah baru mengadakan tes, sebab menurutnya, siswa lain juga memiliki kesempatan yang sama untuk bisa belajar di sekolah nasional, seperti SDNKuripan2.

"Semua calon siswa punya kesempatan," tutupnya, (BPost Cetak 27/2/2013)