06.06
0

Kekerasan fisik terhadap anak didik masih terus terjadi di negara ini. Tragisnya, tindakan itu ada yang dilakukan sang pendidiknya. 

Di Cipayung, Depok, Jabar, siswa kelas 3 SMP DwiGuna, Putra Japan alias Fahry (13), dikeroyok empat gurunya. Penyebabnya, Fahry mengenakan sandal jepit saat ke sekolah. "Saya kaget dan nggak terima. Anak saya ditendang, dipegangin, wajahnya dilemparin buku, bahkan dipukul kepalanya," kata ibu kandung Fahry, Yoyoh (37), Jumat (22/2).

Siswa SMP Dikeroyok Guru Gara-gara Sandal
Penganiayaan tersebut terjadi Kamis(21/2), sekitar pukul 08.30 Wita, di ruang guru. Keempat guru yang melakukan aksi kekerasan itu adalah Fahmi, Zamroni, Mujahidin, dan Ali.

Yoyoh mengatakan, anaknya terpaksa mengenakan sandal jepit karena satu-satu sepatu yang dimilikinya basah. "Iya Fahri memang salah, tetapi tidak perlu sampai diperlakukan seperti itu," tegas dia.

Menurut Yoyoh, sepulang sekolah, Fahri mengatakan kakinya memar karena ditendang gurunya. Semula, dia
menganggap itu wajar karena anaknya mendapat hukuman di sekolah karena nakal. Namun, malamnya, Fahry mengeluh sakit di kepala dan tangan. Saat itulah, dia menceritakan seutuhnya kejadian yang dialaminya.

"Jika dia memang nakal, cukup diberi pelajaran yang wajar. Bukan sampai dipukuli, dilempari buku, apalagi Fahry pakai dipegangin seorang guru saat tiga guru lain memukul dan menendang. Saat ini dia takut ke sekolah," kata Yoyoh.

Hingga malam tadi, Fahry masih terbaring lemas di kamar sambil sesekali menahan rasa sakit. Yoyoh mengaku sudah meminta penjelasan ke pengelola sekolah. Namun, dia justru mendapat ancaman akan dilaporkan ke polisi karena menyebarkan isu.

Saat dikonfirmasi, bagian tata usaha SMP tersebut, Siti mengatakan Fahry memang dipanggil ke ruang guru pada hari itu. Namun, dia menyangkal ada pemukulan atau kekerasan fisik terhadap Fahry.

"Saya memang sudah dengar kabarnya, tapi tidak ada pemukulan. Kebetulan guru piketnya bicara kesaya," ucap dia.

Siti mengatakan, saat kejadian sedang diadakan try out sehingga seluruh peserta (siswa) wajib mengenakan sepatu. Namun, Fahry malah datang memakai sandal. Fahry kemudian dipanggil oleh keempat guru tersebut. 

"Dia dikasih tahu, tapi tetap ngeyel (membantah). Memang anaknya suka ngeyel, tapi hanya dimarahi," tegas
Siti.

Dia mengaku kecewa dengan Yoyoh yang mengungkap permasalahan itu ke luar sekolah. Seharusnya, kata Siti, orangtua siswa membicarakan masalah seperti itu ke pengelola sekolah.

"Kami kecewa kepada orang tuanya, kenapa melaporkan masalah seperti ini ke wartawan?" katanya (BPost Cetak 23/2/2013)