08.06
0

Bulukumba, adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Biasa orang menyebutnya Butta Panrita Loppi ( Butta = bumi, Panrita Loppi = Keahlian dalam merancang, merakit dan melayarkan Pinisi). Disinilah kapal layar Pinisi bermula. 


Bulukumba, Tempat Kapal Pinisi Bermula
Suasana kampung pengrajin Kapal Pinisi di Kampung Tanah Beru,
Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan


Hal ini juga yang menjadi kebanggaan masyarakat Bulukumba. Tepatnya di Tanjung Bira keahlian membuat Kapal Pinisi ini. Yang terkenal keahlian desain dan melayarkan Pinisi adalah orang Bira, keahlian mengukur dan merakit orang Ara, keahlian finishing (penghalusan) orang Lemo-lemo. Wisatawan diperbolehkan melihat pembuatan Kapal Pinisi, dan bisa membeli miniaturnya, yang banyak dijual sebagai oleh-oleh khas Tanjung Bira.



Bulukumba, Tempat Kapal Pinisi Bermula 2
Pekerja membuat  kapal Phinisi di kawasan industri kapal rakyat, Tana Beru, Bulukumba

Tanjung Bira terkenal juga dengan pantainya yang indah dan eksotik. Hamparan pasir putih dan nyiur melambai, deburan ombak dan kuliner yang memanjakan lidah, membuat para wisatawan ingin kembali lagi kesana.

Jika berkunjung ke Bulukumba jangan khawatir. Pembangunannya sudah cukup merata hingga ke pelosok desa. Jalan antar kecamatan ataupun antar desa cukup lancar.

Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan bertani. Banyak sekali ikan disini. Setiap pagi nelayan yang baru pulang melaut, sibuk mengatur ikan yang akan dikirim ke beberapa daerah. Sepanjang jalan arah kota Bulukumba, berjejer tukang ikan segar. Selain ikan, padi dan rempah-rempah, disini juga terkenal dengan cengkeh. Setiap panen, petani cengkeh mendapatkan untung hingga puluhan juta rupiah. Disini juga terkenal sebagai penghasil rumput laut pembuat agaragar. Benar-benar daerah yang kaya. Hasil laut dan alam yang patut disyukuri oleh penduduknya.

Etnis Kajang

Bulukumba, Tempat Kapal Pinisi Bermula 3
Rumah Kepala Dusun Benteng
di Desa Adat Amma Toa Bulukumba
Ada satu etnis di Bulukumba yaitu Kajang. Pemimpinnya disebut Amma Toa, berada di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Letaknya kurang lebih 40 km sebelah timur Kota Bulukumba.

Keunikan budaya etnis Kajang sudah terdengar hingga ke seluruh penjuru dunia. Keunikan ini pula yang membuat Kajang dibanjiri wisatawan mancanegara setiap tahun.

Orang Kajang betul-betul memegang teguh kitab lontaranya, Pasangri Kajang. Kitab ini menyimpan pesan-pesan luhur, yakni penduduk Tana Toa harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Lalu, harus memupuk rasa kekeluargaan dan saling memuliakan. Orang Kajang juga diajarkan untuk bertindak tegas, sabar, dan tawakal. Pasangri Kajang juga mengajak untuk taat pada aturan dan melaksanakan semua aturan itu sebaik-baiknya.


Bulukumba, Tempat Kapal Pinisi Bermula 4
Pemuka adat Kajang menyentuhkan
kakinya pada besi panas untuk
meyakinkan kejujurannya
Masyarakat adat Kajang tinggal berkelompok dalam suatu area hutan yang luasnya sekitar 50 km. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan hutannya, yang selalu bersandar pada pandangan hidup adat yang mereka yakini.

Hitam merupakan warna adat yang sakral. Bila kita memasuki kawasan Amma Toa, pakaian kita harus berwarna hitam. Bagi masyarakat Amma Toa, warna hitam mempunyai makna sebagai bentuk persamaan dalam segala hal. Termasuk kesamaan dalam kesederhanaan. Tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus dijaga keasliannnya sebagai sumber kehidupan.

Suku Kajang Dalam lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang mereka dibanding penduduk Kajang Luar. Penduduk Kajang Luar tinggal di luar perkampungan. Rumah-rumah mereka panggung dan semuanya menghadap ke barat dan tertata rapi. Khususnya yang berada di Dusun Benteng, tempat rumah Amma Toa berada. Tampak beberapa rumah berjejer dari utara ke selatan. Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter.

Bahasa yang mereka gunakan Bugis Konjo kental, lebih halus dibandingkan dengan bahasa Bugis Makassar. Dulu Bulukumba merupakan daerah kerajaan. Rajanya yang terkenal adalah Sultan Andi Daeng Radja, yang sekarang diabadikan menjadi nama jalan dan nama Rumah sakit Umum Daerah Bulukumba (Prioritas)