08.32
0

Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur rupanya memiliki sebuah masjid berusia tiga abad. Namanya Masjid Al Mubarok, yang memadukan gaya arsitektur Islam dan Hindu. Walaupu sudah berusia sangat tua, masjid masih terawat dan masyarakat sekitar tetap beribadah di bangunan tersebut.



Masjid Berusia Tiga Abad di Nganjuk



Masjid Al Mubarok merupakan masjid tertua di Desa Kacangan. Pada 1745, Tumenggung Sosro Kusumo atau yang dikenal dengan sebutan Kiai Kanjeng Djimat mendirikan bangunan tersebut. Kiai Kanjeng Djimat merupakan bupati pertama yang memimpin Nganjuk.

Sebuah penunjuk waktu atau bencet tampak di pelataran masjid. Jam kuno itu terbuat dari batu dan sebatang besi yang menjadi penentu waktu salat.

Beda Masjid Al Mubarok dari masjid lainnya yaitu arsitektur yang memadukan budaya Islam dan Hindu. Atapnya memiliki tiga tingkatan layaknya candi. Kubahnya seperti mahkota raja. Ornamen mimbar dan dinding dihiasi ukiran khas budaya hindu. Ada sebuah prasasti untuk mengenang pendiri Masjid Al Mubarok di dalam bangunan tersebut. 

Bukan tanpa alasan arsitektur masjid memadukan dua budaya. Kiai Kanjeng Djimat membangun bangunan itu untuk menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat yang sebagian besar memeluk agama Hindu.

Bangunan direnovasi pada Februari 1986. Namun, bentuk asli pada penyangga atap dan pilar utama yang menggunakan kayu jati tetap dipertahankan.

Keunikan lain yaitu batu ungkal ajaib di sebelah kiri bangunan. Konon, para pejuang mengasah pedang di batu itu. Mereka percaya mengasah pedang di batu itu dapat membantu para pejuang memenangkan perang melawan penjajah.

Di sebelah barat, terdapat makam Kiai Kanjeng Djimat yang dikelilingi tembok tinggi. Puluhan makam pengikutnya mengelilingi makam sang pendiri masjid. Biasanya, peziarah ramai mendatangi makam di hari-hari besar keagamaan.

Ada pula cerita yang sulit diterima akal di balik bangunan itu. Pada tahun 1830, beduk dipindah dari Masjid Al Mubarok ke Masjid Jami' untuk sebuah keperluan. Sehari setelah pemindahan, beduk kembali ke Masjid Al Mubarok tanpa seorangpun yang membawanya. Boleh percaya atau tidak, itu adalah cerita yang berkembang di kalangan masyarakat (Metrotvnews)