Ada yang unik sehari setelah perayaan Nyepi di Pulau Dewata yakni, tradisi omed-omedan atau tradisi ciuman massal. Disebut omed-omedan adalah dalam bahasa setempat
Ritual tahunan sehari setelah Nyepi tersebut dilakukan di Banjar Kaja Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Rabu (13/3).
Penglisngsir Puri Oka, I Gusti Ngurah Oka Putra menjelaskan, omed-omedan merupakan tradisi dan budaya unik yang ada di Banjar Kaja Sesetan, Denpasar.
"Tradisi ini sudah ada jauh sebelum zaman penjajahan dan diwarisi turun temurun," kata Ngurah Oka.
Di samping memiliki nilai kebersamaan, kata dia, tradisi ini diyakini memiliki nilai sakral karena terkait dengan sesuhunan (dewa yang dipuja) di Pura Banjar.
Tiap tahunnya digelar tiap penanggal kaping siki sasih kedasa dikenal dengan Ngambak Geni (sehari setelah Nyepi).
"Omed-omedan adalah tarik menarik. Kami menolak keras omed-omendan identik dengan cium-ciuman yang mengumbar nafsu," jelas dia.
Masih menurut Ngurah Oka, tradisi ini merupakan luapan kebahagiaan anak-anak muda saat Ngambek Geni.
"Terjadi pertarungan dua ekor babi yang asal muasalnya tidak jelas siapa pemiliknya. Setelah ditempuh cara spiritual dan mapinunas (permintaan) saat Pujawali di Banjar Kaja itu adalah kehendak sesuhunan yang harus diteruskan pelaksanaannya," jelas Ngurah Oka.
Tradisi omed-omedan, sambung Ngurah Oka memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah penghormatan terhadap leluhur, memupuk rasa kesetiakawanan dalam kerangka saling asah, asih dan asuh.
"Juga menjaga keharmonisan hubungan sesuai dengan norma yang berlaku, membangun solidaritas dan persatuan masyarakat dalam situasi suka suka, unsur hiburan dan ekonomis," terang Ngurah Oka.
Sementara Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharma Wijaya Mantra mengaku omed-omedan sudah menjadi ikon mendunia sebagai tujuan pariwisata.
"Ini adalah tradisi adat dan budaya untuk mendukung atraksi wisata," imbuh Rai Mantra.
Omed-omedan merupakan tradisi yang dilakoni anak-anak muda. Remaja perempuan dan lelaki berbaris satu barisan yang saling berhadap-hadapan.
Dari barisan lelaki dan perempuan, yang akan melakukan ritual omed-omedan akan digendong. Keduanya lalu dipertemukan. Mereka berciuman. Ciuman mereka terhenti ketika para tetua adat membunyikan pluit dan menyiramkan air. (Metrotvnews)