Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara ternyata tidak dikenal di luar negeri sehingga ajaran-ajarannya pun tidak banyak orang yang kenal. Padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara sangat universal dan bahkan saat ini di masa globalisasi masih relevan.
Demikian diungkapkan Penasehat Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Prof HAR Tilaar, pada Bedah Buku Sowing The Seed of Freedom: Ki Hadjar Dewantara as Pioneer Critical Pedagogy di UC UGM Yogyakarta, Kamis (3/7). Bedah buku ini menghadirkan Prof Sudjito dari UGM, Prof Slamet dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Prof Sri-Edi Swasono sebagai moderatornya.
Buku karya Prof HAR Tilaar ini sengaja ditulis dalam Bahasa Inggris dan diharapkan bisa beredar di luar negeri sehingga nama Ki Hadjar Dewantara dan ajaranya dikenal di luar negeri. “Saya tahun 2010 dan 2013 mengadakan seminar tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara di Harvard University Amerika Serikat namun pada peserta seminar tidak ada yang mengenal Ki Hadjar Dewantara. Apalagi ajarannya,” kata HAR Tilaar dalam sambutan mengawali bedah buku tersebut.
Melihat kondisi seperti ini, Tilaar yang juga Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta, tergugah untuk menuliskan buku ini. Sejak pertengahan tahun 2013, ia mengumpulkan data-data untuk penulisannya.
Sumber
Demikian diungkapkan Penasehat Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Prof HAR Tilaar, pada Bedah Buku Sowing The Seed of Freedom: Ki Hadjar Dewantara as Pioneer Critical Pedagogy di UC UGM Yogyakarta, Kamis (3/7). Bedah buku ini menghadirkan Prof Sudjito dari UGM, Prof Slamet dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Prof Sri-Edi Swasono sebagai moderatornya.
Buku karya Prof HAR Tilaar ini sengaja ditulis dalam Bahasa Inggris dan diharapkan bisa beredar di luar negeri sehingga nama Ki Hadjar Dewantara dan ajaranya dikenal di luar negeri. “Saya tahun 2010 dan 2013 mengadakan seminar tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara di Harvard University Amerika Serikat namun pada peserta seminar tidak ada yang mengenal Ki Hadjar Dewantara. Apalagi ajarannya,” kata HAR Tilaar dalam sambutan mengawali bedah buku tersebut.
Melihat kondisi seperti ini, Tilaar yang juga Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta, tergugah untuk menuliskan buku ini. Sejak pertengahan tahun 2013, ia mengumpulkan data-data untuk penulisannya.
Sumber